Halaman

Saturday, September 7, 2013

DEKAT: Unforgetable Sisterhood

Dekat tidak melulu tentang jarak. Ada berapa banyak pasangan dengan hubungan jarak jauhnya namun tetap merasa dekat? Dan ada berapa banyak orang tinggal satu atap namun tak kunjung mengenal satu dengan yang lainnya...

Saya dan Dhita ketika satu kamar

Beberapa waktu lalu teman sekamar saya Andhita menyampaikan kalau ada pesan dari nomor tidak dikenal masuk ke inboxnya. Dan isi pesannya berulang hanya memanggil namanya, “Dhit...”
Dhita kemudian bilang, “Tapi manggil namanya bener, -Dhit-, pakai -h.”
Saya jadi teringat nama Andhita di phonebook saya. Saya baru ngeh kalau nama Dhita pakai -h-, saya hanya menulis Dita. Juga teringat nama saya sendiri, Issusilo Ningtyas, orang-orang seringkali hanya menuliskan Isusilo, tidak dobel s.
Saya merasa meskipun sudah dekat bertahun-tahun terkadang ada banyak hal-hal kecil yang tidak kita ketahui dari teman kita, saudara kita, sahabat kita atau juga mungkin pasangan kita.

Saya mengenal Andhita dari awal kuliah. Satu fakultas dan sama-sama dari Jakarta. Saya dan Andhita hampir sama “bandelnya”, cenderung membuat kami lebih dekat meski banyak kegiatan yang kami ikuti berbeda. Selama 4 tahun kami tidak pernah satu kost ataupun satu organisasi. Saya di LDF dan HMJ, Andhita di BEM dan lembaga eksternal kampus. Saya kost di depan kampus dan Andhita di belakang kampus. Tapi saya merasa Andhita adalah salah satu teman dekat saya, saya sering bercerita banyak urusan pribadi ke Dhita. Dhita juga demikian. Kami biasa bercerita via sms, telp atau di sela-sela hari ketika tidak sengaja bertemu.

Bertiga dekat dari awal kuliah (Dhita, Sakina, Tyas)
Wisma Pertanian, Tawangmangu 2008

Sampai akhirnya, bulan Oktober 2012 kemarin, karena beberapa alasan, kami bersepakat untuk menjadi teman satu kamar. Andhita pindah ke kost saya yang sudah saya tempati sekitar 3 bulan lebih dulu. Andhita pindah dengan 1/3 barang-barangnya, sedangkan 2/3 yang lain di tempat kerabatnya.

Ketika sekamar inilah, kami baru merasa benar-benar saling mengenal.
Awal-awal bukan hal yang mudah. Sebelumnya kami tidak pernah sekamar berdua. Saya baru tahu kalau Dhita tipe yang sangat santai dengan kondisi kamar sedang saya tidak. Dhita juga baru tahu kalau saya bisa dengan mudah jutek kalau dia naruh tas, uang atau barang lain sembarangan atau pulang malam. Selama ini mungkin ini mengira saya tipe yang sangat lembut dan tidak menyangka saya bisa bersikap demikian.
Lama-lama kami saling menyesuaikan. Saya jadi terbiasa dengan barang yang ada dimana-mana. Dhita juga terbiasa dengan saya yang super introvert. Pernah suatu kali Dhita pulang malam dan saya sudah tidur, ketika saya terbangun Dhita cerita dengan semangat, “Yas, aku sekarang jualan pulsa loh!” dan saya cuma jawab “oh,” habis itu balik tidur lagi. Besoknya pagi-pagi saya minta maaf dan Dhita cuma senyum aja, dan dia bilang, “semalem kamu tu tanpa ekspresi banget si Yas.” Hahaha saya cuma ketawa aja.

Dibalik kebiasaannya yang “santai” Dhita adalah tipe teman yang sangat perhatian. Dhita sangat suka wafer coklat, seperti Bengbeng, Superstar, Top dan saya lebih suka permen coklat seperti Capilanos dan Chacha. Suatu kali ketika saya sedang badmood, Dhita tahu itu, setelah dia pergi Dhita sms, “Yas, bengbeng di meja itu untuk kamu ya, superstarnya juga buka aja (Dhita selalu beli bungkusan isi 5), kayakny km lg badmood, I know u need more chocolate J

Persedian superstar Dhita yang masih ada 

Setelah penelitian 2 minggu di Kulon Progo



Berbeda dengan saya yang agak susah makan (baca: pemilihà ini kenapa saya lebih suka masak sendiri ketika ada waktu luang), Dhita adalah tipe anak yang sangat tidak pemilih soal makanan. Dia lebih sering mengalah ketika kami makan bersama. Ketika Dhita ngajak “sarapan bubur yuk Yas!” dan saya jawab, cari nasi skalian aja yuk, “Ya udah cari soto lamongan ya.” Akhirnya karena soto lamongan sudah habis (kami seringkali sarapan kesiangan) saya ajak makan gudeg Jogja, dan Dhita cuma makan telornya saja. Saat itu saya baru tahu kalau Dhita gak suka gudeg. 

Satu lagi yang membedakan kami. Kalau saya lebih suka menabung untuk membeli regulator gas baru, cetakan pukis atau peralatan dapur lainnya, Dhita lebih tertarik menabung untuk mascara, conselor atau perkap make up lainnya. Meski otodidak, Dhita cukup terampil untuk merias. Sudah 2x wisuda 3-4 teman-teman akhwat Dhita yang merias.




Panci kukusan dibeliin Dhita

 Kemarin tanggal 15 Mei, Dhita sudah lebih dulu pindahan ke Bekasi. Sebenarnya Dhita jarang di kost. Tapi yang ini terasa sekali sepinya. Ga ada lagi kapas-kapas bekas bersihin muka yang lupa dibuang atau ga ada lagi yang ktika kebangun malam-malam ada yang lagi di depan laptop pakai headset nonton India atau juga yang pagi-pagi suka buatin teh.  2-3 hari setelah pindahan sepanjang hari kami terus sms-an, ini seperti anak lulus SMA yang LDR-an karena kuliah di kota berbeda :D #eaaaa

Kembali ke domisili asal, meski sama-sama di Jabotabek rumah kami tidak dekat. Dhita di Jatibening dan saya di Matraman. kami hanya pernah sekali bertemu ketika di Jakarta. Itu saat saya menunggui Dhita dirawat di RSCM untuk operasi tulang pipi karena jatuh dari motor. Rasanya sedih sekali saat melihat Dhita harus makan dengan selang dan puasa bicara. Dhita memasrahkan beberapa urusan seperti pembayaran SPP, KRS dan urusan lain kepada saya, dan semua komunikasi Dhita sampaikan lewat tulisan. Padahal kesehariannya Dhita adalah orang yang sangat talkactive sekali  (piss ya Ta ;)

Di kehidupan paska kampus selanjutnya, entah masih bisa dekat atau tidak, saya berdoa, semoga Dhita dan keluarga selalu diberi keberkahan oleh Allah baik untuk usia dan juga rezekinya, diperlancar segala urusannya dan yang pasti lebih dekat dengan Allah :)



Diantara banyak cinta yang Allah berikan, engkau adalah salah satunya

Maka kepada-Nya kumohonkan untukmu sebaik-baik iman dan katqwaan
Sebaik-baik kesabaran dan kekuatan
Dear sayangku,
Mungkin aku belum tahu bagaimana indahnya Lawu yang pernah kau daki
Tapi aku percaya, adalah lebih indah dan membahagiakan memiliki sahabat salihat sepertimu. Berjuta syukurku.
Andhita Nur Suryantini
Untuk semua kenangan Agustus 2008-Mei 2013



  Solo, Mei 2013

No comments:

Post a Comment